Jakarta, Kompas – Prinsip empat sehat lima sempurna sudah lama ditinggalkan dan dianggap tidak relevan. Hanya saja, kurangnya sosialisasi menyebabkan prinsip itu masih melekat di sebagian masyarakat.
”Empat sehat lima sempurna (4S5S) bagian dari fase perkembangan ilmu gizi. Prinsip itu akan hilang dengan sendirinya seiring perkembangan ilmu. Pedoman gizi seimbang yang menjadi semacam panduan baru, berdasarkan riset dan penelitian serta persoalannya jauh lebih kompleks,” ujar pakar gizi dari Universitas Indonesia, Prof (Emeritus) Soekirman, Kamis (27/1), dalam pembahasan buku Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang yang melibatkan tim pakar, yakni tujuh ahli gizi dari berbagai perguruan tinggi dan Kementerian Kesehatan.
Buku tersebut membahas masalah dan kebutuhan gizi mulai dari ibu hamil, bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga orang lanjut usia.
Belum tentu sehat
Mengutip buku Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang, kurang relevannya 4S5S, pertimbangannya ialah susunan makanan yang terdiri dari empat kelompok itu belum tentu sehat dan bergantung pada kecukupan porsi serta jenis zat gizinya.
Kalau sebagian besar porsi makan terdiri atas karbohidrat seperti nasi, sedangkan protein serta sayur dan buah sebagai sumber vitamin hanya sedikit, pola 4S5S juga menjadi tidak sehat. Selain itu, susu juga bukan makanan sempurna yang menjadi jawaban atas masalah gizi seperti anggapan orang selama ini. Banyak protein hewani lainnya seperti ikan, daging, dan kacang-kacangan.
Prinsip 4S5S juga dianggap sudah tidak relevan atau tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan gizi. Sejak tahun 1992, pada konferensi pangan yang diadakan Organisasi Pangan dan Pertanian telah ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula memakai slogan sejenis empat kebutuhan dasar mengubahnya menjadi panduan nutrisi untuk gizi seimbang.
Di Indonesia, pedoman baru itu diadopsi tahun 1995, tetapi kurang disosialisasikan sehingga masyarakat tetap berpedoman pada empat sehat lima sempurna.
Ahli gizi dari Universitas Esa Unggul, Idrus Jus’at, mengatakan, pola makan gizi seimbang tidak hanya memerhatikan makanan baik sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein, dan air) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Pola gizi seimbang memerhatikan pula faktor di luar makanan, seperti prinsip keanekaragaman, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.
Tiap golongan usia, status kesehatan, dan aktivitas fisik memerlukan gizi berbeda. Hal ini berbeda dengan pola makan berdasarkan slogan empat sehat lima sempurna.
Gizi seimbang tersebut mencakup porsi asupan mulai dari air (2 liter), karbohidrat (3-8 porsi), sayur (3-5 porsi), buah-buahan (2-3 porsi), protein (2-3 porsi), kacang-kacangan dan hasil olahannya (2-3 porsi), serta di bagian paling atas yaitu garam, minyak, dan gula seperlunya (paling sedikit).
0 comments:
Post a Comment