Akhir-akhir ini kita
sering menemui iklan berbagai produk yang mengklaim “bebas gula”, “tanpa gula”
atau “rendah gula”. Memangnya, ada apa dengan gula?
Jenis-jenis gula
Ada banyak jenis gula,
meskipun semuanya memiliki rasa manis. Jenis utamanya adalah fruktosa, laktosa,
sukrosa, dan glukosa. Buah dan madu mengandung fruktosa, sedangkan susu
memiliki laktosa. Glukosa adalah gula pati, yang juga dikenal sebagai gula
darah. Gula pasir, gula meja atau gula putih (selanjutnya kita sebut gula) yang
biasa kita tambahkan dalam makanan dan minuman adalah sukrosa murni, yang
merupakan gabungan dua gula lain yang lebih sederhana: fruktosa dan glukosa.
Bila Anda mencampurkan gula ke dalam minuman yang asam, misalnya jus lemon,
maka sukrosa akan terurai menjadi dua komponen ini.
Sejarah gula
Gula merupakan makanan
yang baru populer di abad pertengahan. Gula praktis tidak dikenal dalam
peradaban klasik Mesir, Yunani dan Romawi. Orang Yunani (yang memiliki kata
hampir untuk semua hal) bahkan tidak memiliki kata untuk gula. Orang Arab-lah
yang menjadikan gula sebagai komoditi populer di dunia, yang kini menjadi
kebutuhan pokok semua bangsa dengan produksi global melebihi 120 juta ton per
tahun.
Selama revolusi
pertanian muslim, pengusaha Arab mengadopsi teknik-teknik produksi gula dari
India dan kemudian menyempurnakan dan mengubah gula menjadi industri skala
besar. Orang-orang Arab mendirikan pabrik-pabrik dan perkebunan-perkebunan gula
yang pertama dan mendistribusikannya sampai Eropa dan Afrika. Kata “sugar”
dalam bahasa Inggris berasal dari kata Arab “sukkar”, yang berasal dari kata
Sansekerta “sharkara”. Terjemahan gula dalam beberapa bahasa memiliki etimologi
yang sama, misalnya, “azucar” dalam bahasa Spanyol, “sucre” di Perancis,
“zucker” di Jerman, dan “seker” di Turki.
Bahan kimia yang tidak alami
Sedemikian dahsyatnya
gula merasuki kehidupan kita, sebagian besar kita tidak menyadari bahwa gula
adalah bahan kimia yang tidak alami. Tidak ada kristal seperti gula di alam.
Gula adalah hasil pemurnian (refinasi) sari tebu atau bit setelah semua
vitamin, mineral, protein, enzim dan nutrisi bermanfaat lainnya dibuang.
Akibatnya, gula tidak mengandung aneka nutrisi dan serat yang terdapat pada
karbohidrat lain yang lebih kompleks seperti biji-bijian, buah-buahan, dan
sayuran.
Kelebihan gula diubah
menjadi lemak oleh tubuh. Menurut American Heart Foundation, “gula menyumbang
nol nutrisi, tetapi menambahkan banyak kalori yang dapat menyebabkan berat
badan ekstra, atau bahkan obesitas, sehingga mengurangi kesehatan jantung.”
Gula juga dapat menyebabkan masalah gigi. Residu gula di gigi yang tidak
disikat dengan benar mendorong perkembangbiakan bakteri alami yang menghasilkan
asam, sehingga gigi mudah berlubang. Selanjutnya, menurut sebagian ahli,
gula secara perlahan menimbulkan kerusakan pankreas, kelenjar adrenal dan
mengacaukan keseluruhan sistem endokrin. Gula menyebabkan fluktuasi besar
dalam glukosa darah.
Oleh karena itu, ahli
gizi selalu merekomendasikan agar tidak mengsonsumsi gula berlebihan.
Sayangnya, anjuran ini tampaknya tidak banyak diindahkan. Konsumsi gula per
kapita Indonesia sekarang mencapai 12 kg per tahun, dengan tren terus
meningkat. Per kapita berarti setiap pria, wanita, anak-anak dan bayi Indonesia
rata-rata mengonsumsi 1 kg gula sebulan. Sebagian orang mengonsumsi jauh di
atas rata-rata, sebagian lainnya di bawah rata-rata.
Banyak orang kecanduan
gula sehingga mengonsumsi gula melebihi yang mereka butuhkan. Kebanyakan orang
juga tidak meremehkan asupan gula. Padahal, setiap 1 gram gula mengandung 4
kalori. Setangkup gula 20 gram akan langsung menambah 80 kalori ke tubuh Anda.
Bahkan, tanpa kita sadari bayi-bayi kita juga sudah diajari untuk mencandu
gula. Menurut sebuah penelitian oleh Universitas Calgary, lebih dari
setengah dari semua produk makanan yang ditargetkan untuk balita dan bayi di
Kanada memiliki terlalu banyak kalori yang berasal dari gula. Belum ada
penelitian sejenis di Indonesia, namun kemungkinan hasilnya tidak banyak
berbeda.
Konsumsi yang dianjurkan
Menurut American Heart
Foundation, perempuan sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 100 kalori
tambahan dari gula per hari, dan laki-laki 150 kalori per hari. Artinya, tidak
lebih dari 25 gram per hari untuk perempuan dan 37,5 gram untuk laki-laki.
Jumlah itu sudah mencakup gula di minuman, makanan, kudapan, permen, cokelat
dan semua yang Anda konsumsi hari itu.
Sumber : Majalah
Kesehatan
0 comments:
Post a Comment