Laga Italia melawan
Spanyol di partai final Piala Eropa, Minggu (1/7/2012) tidak bisa lepas dari
peran dua gelandang Andrea Pirlo dan Xavi Hernandez. Dalam turnamen ini, kedua
pemain tersebut dapat dikatakan akan menjadi maestro di lapangan tengah.
Tak bisa dibantah, Pirlo adalah kunci sukses Italia di Piala Eropa. Tendangan bebas indah ke gawang Kroasia di penyisihan Grup B, dua assist adalah bukti kehebatan pemain berusia 32 tahun tersebut. Ia juga adalah pemain yang paling banyak menyabet penghargaan Carlsberg Man of The Match yakni sebanyak tiga kali.
Belum lagi, ketika melakoni babak perempat final melawan Inggris, Pirlo pun menorehkan rekor baru yakni berhasil melakukan 117 umpan akurat dalam satu pertandingan. Dan yang paling fenomenal adalah, tendangan penalti ala Antonin Panenka, yang membuat psikologi penggawa "The Three Lions" runtuh di babak adu penalti.
"Gelandang tengah kami banyak memiliki kualitas di dalam dirinya. Apalagi, kami juga mempunyai pemain hebat yang dapat meningkatkan serangan, seperti Andrea Pirlo. Seringkali pemain lain hanya bekerja untuk memberikan bola kepadanya dan memberi ruang sehingga dia dapat mendikte permainan," kata pelatih Italia, Cesare Prandelli.
Tapi jangan lupa, empat tahun lalu, Austria dan Swiss telah menjadi saksi kehebatan Xavi memimpin "La Furia Roja" meraih gelar Piala Eropa 2008. Tak tanggung-tanggung, pemain berusia 32 tahun itu pun dinobatkan menjadi pemain terbaik sepanjang turnamen tersebut.
Di Ukraina dan Polandia, bersama rekannya di Barcelona, Sergio Busquets, Xavi menjadi menjadi pemain terbanyak yang berhasil melakukan umpan akurat dengan total 455 umpan hingga babak semifinal lalu. Torehan itu jauh berbeda dengan Pirlo, yang hanya mengemas total 350 umpan akurat.
Meskipun sama-sama pernah merasakan gelar juara Dunia (Pirlo pada 2006 dan Xavi 2010), Xavi mempunyai motivasi lebih daripada Pirlo. Ia ingin mencetak sejarah baru, menjadi pemain yang memenangi gelar juara Eropa dua kali berturut-turut.
"Kami ingin melanjutkan menciptakan sejarah dan kami punya kesempatan itu. Kami sedikit beruntung karena ini adalah final kedua kami. Kami ingin menunjukan kepada orang bahwa Spanyol masih lapar akan kesuksesan dan sepak bola kami adalah yang terbaik," kata Xavi.
Tambah Xavi, siklus kesuksesan Spanyol melangkah sejauh ini adalah ketika pelatih Vicente Del Bosque, mengambil alih "El Matador" dari Luis Aragones. "Dia sedikit berjudi dengan beberapa pemain muda dan menempatkan pemain seperti (Andres) Iniesta, (Santi) Cazorla, Cecs Fabregas, (David) Silva, dan (David) Vila di tim," ujar Xavi.
"Kami ingin menciptakan pertandingan yang hebat malam nanti. Pesepak bola seperti Pirlo dan pemain Spanyol dan Italia memiliki gaya serupa. Jadi, aku sangat senang bahwa nanti pasti ada kecenderungan untuk bermain serius dan lebih menyerang, yang beberapa orang ragukan sebelumnya," tegas Xavi.
Tak bisa dibantah, Pirlo adalah kunci sukses Italia di Piala Eropa. Tendangan bebas indah ke gawang Kroasia di penyisihan Grup B, dua assist adalah bukti kehebatan pemain berusia 32 tahun tersebut. Ia juga adalah pemain yang paling banyak menyabet penghargaan Carlsberg Man of The Match yakni sebanyak tiga kali.
Belum lagi, ketika melakoni babak perempat final melawan Inggris, Pirlo pun menorehkan rekor baru yakni berhasil melakukan 117 umpan akurat dalam satu pertandingan. Dan yang paling fenomenal adalah, tendangan penalti ala Antonin Panenka, yang membuat psikologi penggawa "The Three Lions" runtuh di babak adu penalti.
"Gelandang tengah kami banyak memiliki kualitas di dalam dirinya. Apalagi, kami juga mempunyai pemain hebat yang dapat meningkatkan serangan, seperti Andrea Pirlo. Seringkali pemain lain hanya bekerja untuk memberikan bola kepadanya dan memberi ruang sehingga dia dapat mendikte permainan," kata pelatih Italia, Cesare Prandelli.
Tapi jangan lupa, empat tahun lalu, Austria dan Swiss telah menjadi saksi kehebatan Xavi memimpin "La Furia Roja" meraih gelar Piala Eropa 2008. Tak tanggung-tanggung, pemain berusia 32 tahun itu pun dinobatkan menjadi pemain terbaik sepanjang turnamen tersebut.
Di Ukraina dan Polandia, bersama rekannya di Barcelona, Sergio Busquets, Xavi menjadi menjadi pemain terbanyak yang berhasil melakukan umpan akurat dengan total 455 umpan hingga babak semifinal lalu. Torehan itu jauh berbeda dengan Pirlo, yang hanya mengemas total 350 umpan akurat.
Meskipun sama-sama pernah merasakan gelar juara Dunia (Pirlo pada 2006 dan Xavi 2010), Xavi mempunyai motivasi lebih daripada Pirlo. Ia ingin mencetak sejarah baru, menjadi pemain yang memenangi gelar juara Eropa dua kali berturut-turut.
"Kami ingin melanjutkan menciptakan sejarah dan kami punya kesempatan itu. Kami sedikit beruntung karena ini adalah final kedua kami. Kami ingin menunjukan kepada orang bahwa Spanyol masih lapar akan kesuksesan dan sepak bola kami adalah yang terbaik," kata Xavi.
Tambah Xavi, siklus kesuksesan Spanyol melangkah sejauh ini adalah ketika pelatih Vicente Del Bosque, mengambil alih "El Matador" dari Luis Aragones. "Dia sedikit berjudi dengan beberapa pemain muda dan menempatkan pemain seperti (Andres) Iniesta, (Santi) Cazorla, Cecs Fabregas, (David) Silva, dan (David) Vila di tim," ujar Xavi.
"Kami ingin menciptakan pertandingan yang hebat malam nanti. Pesepak bola seperti Pirlo dan pemain Spanyol dan Italia memiliki gaya serupa. Jadi, aku sangat senang bahwa nanti pasti ada kecenderungan untuk bermain serius dan lebih menyerang, yang beberapa orang ragukan sebelumnya," tegas Xavi.
0 comments:
Post a Comment