A. SASARAN
Meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan Ayam Buras sesuai dengan umur ayam.
B. KELUARAN
Ayam buras yang memiliki produktivitas tinggi.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan : Anak ayam, pakan, vaksin dan obat-obatan. Alat : Kandang, peralatan kandang dll.
Alat : Kandang, peralatan kandang dll.
D. PEDOMAN TEKNIS
Untuk mendapatkan calon bibit dan pejantan yang baik adalah a), bibit harus sehat dan tidak cacat b). lincah dan gesit, c). penampilan tegap, d). mata bening dan bulat, e). rongga perut elastis, f). bulu halus dan mengkilap, g) produksi dan daya tetas tinggi, h) tidak mempunyai sifat kanibal, i). umur bibit antara 5-12 bulan, untuk pejantan antara umur 8-15 bulan.
1. Konstruksi Kandang
a. Kandang sistem litter
Kandang sistem ini digunakan untuk usaha skala besar (intensif), konstruksinya kokoh dan terbuat dari bahan-bahan yang kuat sehingga diharapkan dapat bertahan lama. Lantai kandang dipadatkan atau disemen dan diberi alas sekam setebal 5-10 cm.
b. Kandang bertingkat
Kandang Sistem ini digunakan untuk pemeliharaan semi intensif. Ukuran kandang disesuaikan dengan kebutuhan, untuk kandang ukuran 2 x 5 m dapat menampung 40 ekor ayam berumur 2 – 3 bulan atau 30 ekor ayam dewasa.
2. Persyaratan Kandang
Tempat kering, tidak mudah tergenang air, jauh dari keramaian, mempunyai ventilasi yang baik, sehat dan bersih, kokoh dan kuat serta cukup mendapat sinar matahari.
3. Tempat Pakan
Tempat kering, tidak mudah tergenang air, jauh dari keramaian, mempunyai ventilasi yang baik, sehat dan bersih, kokoh dan kuat serta cukup mendapat sinar matahari.
4. Cara Pemberian Pakan
a. Untuk anak ayam umur 1 – 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan pada wadah yang mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah ransum ayam ras starter (pakan komersial).
b. Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan ayam ras starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan perbandingan 1: 1 atau jagung giling dan katul dengan perbandingan 2 : 1 dan dapat di tambah protein hewani.
c. Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak halus, jagung giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di tambahan gabah, gaplek dan tepung ikan.
5. Pencegahan Penyakit
Untuk mencegah penyakit tetelo (ND) dilakukan vaksinasi, pada umur 3-4 hari menggunakan vaksin Bl(melalui tetes mata atau hidung), diulangi setelah 3 minggu dengan vaksin Lasota dan kemudian setiap 3 bulan.
SISTEM PENETASAN AYAM BURAS
A. SASARAN
Meningkatkan daya tetas telur dengan sangkar eraman tradisionil.
B. KELUARAN
Tingkat daya tetas telur 77,37 % dan kematian embriyo 16,64%
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan : Sangkar bambu, bambu, kawat, paku, rumput kering
Alat : Gergaji, pisau serut, palu, tang dll.
D. PEDOMAN TEKNIS
Sangkar penetasan tradisional yang terbuat dan anyaman bambu berbentuk kerucut mempunyai daya tetas cukup tinggi dibandingkan dengan sistem tradisionil lainnya, demikian juga kematian embriyo lebih rendah dan suhu penetasan dalam sangkar pengeraman cukup baik.
1. Cara Pembuatan Sangkar
Potong bambu berdiameter 25 – 50 cm sepanjang 125 cm, 1/3 bagian potongan tersebut untuk dibuat sangkar, oleh karena itu memotongnya harus diatas ruas, sedangkan 2/3 bagian lainnya untuk tiang penyanggga.
Sepertiga potongan bambu bagian atas dibelah-belah kecil kira-kira 1 – 1,5 cm, diraut atau dihaluskan, kemudian dianyam dengan belahan bambu tipis yang dimulai dari bagian ujung bawah belahan bambu tadi hingga berbentuk kerucut. Bagian ujung paling atas diikat dengan kawat tali agar anyamannya tidak terlepas.
Setelah sangkar terbentuk kemudian diletakan di tempat yang aman dan jauh dari keramaian serta terhindar dari gangguan binatang.
Bagian bawah sangkar tersebut diberi alas rumput kering atau jerami kering sebagai tempat diletakannya telur dan sekaligus sebagai tempat penetasan.
2. Keuntungan
Keuntungan sistem penetasan dengan menggunakan sangkar kerucut ini adalah daya tetas telur dapat mencapai 77,37%, kematian embriyo 16,64%, suhu maximum 102,27 °F dan suhu minimum 83,50 F. Hasil ini lebih baik bila dibandingkan dengan penetasan dengan meggunakan kotak kayu atau bahan lainnya.
SELEKSI CALON INDUK AYAM BURAS
A. SASARAN
Meningkatkan produktivitas ayam buras melalui pemilihan calon induk yang baik dan berproduksi tinggi.
B. KELUARAN
Teknik pemilihan calon induk yang baik.
C. PEDOMAN TEKNIS
Cara Pemilihan Calon Induk dan pejantan
a. Calon induk betina :
- Ukuran tubuh besar
- Sehat dan tidak cacat
- Lincah dan gesit
- Mata bening dan bulat
- Rongga perut elastis
- Produksi dan daya tetas telur tinggi
- Tidak mempunyai sifat kanibal.
- Bebas dari penyakit
- Umur 5-12 bulan
- Jarak tulang paha cukup lebar.
b. Calon pejantan :
- Sehat dan tidak cacat
- Penampilan tegap
- Bulu halus dan mengkilap
- Tidak mempunyai sifat kanibal
- Umur 8-24 bulan.
Perbandingan betina dan jantan
Perbandingan antara induk dan pejantan dapat disesuaikan dengan kondisi. Bila jantan berumur 8-12 bulan, perbandingannya yaitu 8-1 artinya 8 ekor betina dicampurkan dengan 1 ekor pejantan.
Untuk jantan berumur 8-20 bulan, perbandingannya 10 : 1 artinya 10 ekor betina dicampurkan dengan 1 ekor pejantan.
TATALAKSANA PEMELIHARAAN ANAK AYAM BURAS DENGAN KANDANG INDUKAN
A. SASARAN
Meningkatkan produktivitas ayam buras melalui pemeliharaan tanpa induk.
B. KELUARAN
Konstruksi kotak indukan dan persyaratannya, sebagai wadah pemeliharaan anak ayam.
C. BAHAN DAN PERALATAN
Bahan : Bambu, ram kawat diameter 0,5 – 1 cm, paku, kunci, kayu balok, engsel, lampu minyak tanah (listrik) dll.
Alat : Gergaji, palu, golok, dll
D. PEDOMAN TEKNIS
1. Konstruksi Kandang Indukan
Kerangka kandang terbuat dari kayu kaso 5×7 dengan ukuruan disesuaikan dengan kebutuhan. Alas kandang terbuat dan ram kawat ukuruan 0,5 cm.
Binding kandang terbuat dari bambu ukuran 1,5-2 cm, dengan jarak kerapatan antara bambu disesuaikan dengan kebutuhan, yang berfungsi juga sebagai ventilasi. Pintu kandang dibuat pada bagian atas kadang untuk memudahkan pada waktu memindahkan anak ayam. Untuk 30 ekor anak ayam, diperlukan ukuran 100x50x30 cm.
2. Cara Pemeliharaan
Kotak indukan sebelum dipergunakan dikapur terlebih dahulu, dan biarkan selama 3 hari untuk menghindarkan timbulnya bibit penyakit.
Anak ayam (DOC) yang baru berumur 2-3 hari kemudian dimasukkan ke dalam kotak indukan.
Untuk menghangatkan suhu di dalam kotak indukan diberi lampu listrik 10-15 watt, untuk anak ayam berumur 1-7 hari lampu di nyalakan siang malam, untuk anak ayam berumur 8-15 hari lampu dinyalakan malam hari saja, setelah umur 15 hari tidak diberi lampu pemanas, kecuali untuk penerangan malam hari.
Pada waktu malam, hujan dan angin, kotak indukan ditutup dengan karung goni atau bahan lainnya supaya ayam terhmdar dan kedmginan atau stres.
Tempat pakan dan air minum diletakkan di dalam kotak indukan, dan diletakan pada tempat yang mudah terjangkau..
Kandang diusahakan selalu dalam keadaan bersih, misalnya dengan membersihkannya 2-5 kali dalam seminggu.
Menempatkan kotak indukan harus di tempat bersih dan terang serta terhindar dari sinar matahari langsung, hujan, dan gangunan binatang, seperti ular, tikus dan kucing. Anak ayam dipelihara dalam kotak indukan hingga umur 6 minggu.
3. Cara Pemberian Pakan
Ayam berumur 1-7 hari diberikan makanan ransum ayam ras starter (sama dengan ayam ras). Ayam berumur 2-4 minggu diberikan pakan campuran ransum ras starter ditambah katul, dedak halus, atau jagung giling halus dengan perbandingan 2 : 1 ditambah sumber protein.
Ayam berumur 1 – 2 bulan diberikan pakan dedak, nasi jagung giling, dan lain sebagainya dan diberikan pada pagi hari.
Air minum disediakan setiap saat, untuk anak ayam berumur 2 hari air minumnya ditambah gula pasir dengan perbandmgan 1 liter air dengan 1 sendok gula, sedangkan untuk anak ayam berumur 2-7 hari minumnya dicampur dengan Vitachik (obat anti stres).
4. Pencegahan/Pengobatan Penyakit
Penyakit ND (tetelo), dengan vaksinasi melalui tetes mata atau hidung pada anak ayam umur 3-4 hari, umur 3 minggu dan setiap 3 bulan secara teratur, peralatan dan kandang dijaga supaya tetapbersih..
Vaksinasi pertama ayam umur 3-4 hari dengan vaksin Bl, diulangi setelah 3 minggu dengan vaksin Lasota dan kemudian setiap 3 bulan.
Penyakit cacar ayam, dengan memberikan vaksinasi, mencungkil kutil-kutil dengan gunting dan diolesi dengan yodium tintur, atau obat anti infeksi dan cuci hamakan kandang.
Penyakit kolera ayam, dengan memberikan obat sulfa atau teramisin yang dapat dibeli di Poultry shop.
SISTEM PERKANDANGAN AYAM BURAS
A. SASARAN
Menciptakan bentuk kandang yang sesuai dengan kondisi ayam, sehingga produktivitasnya meningkat.
B. KELUARAN
Konstruksi dan persyaratan kandang sebagai sarana perkembang-biakan.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan : Kayu balok, bambu, kawat, paku, atap, pasir, semen, dll.
Alat : Palu, gergaji, golok, kuas, obeng, dll.
D. PEDOMAN TEKNIS
1. Bentuk Kandang
Bentuk kandang umumnya ada dua yaitu kandang sistem litter dan kandang panggung atau bertingkat. Kandang sistem litter biasanya digunakan untuk usaha skala besar (intensif), lantai kandang dipadatkan atau disemen dan diberi alas sekam padi setebal 5-10 cm. Kandang sistem panggung (semi intensif) banyak dipergunakan terutama di daerah padat penduduk atau karena keterbatasan lahan. Pada sistem kandang mi biasanya disediakan halaman yang dikelilingi pagar (rens) sebagai tempat bermain.
2. Ukuran Kandang
kuran kandang dapat disesuaikan dengan kondisi dan tersedianya bahan serta biaya. Ukuran kandang 2 x 5 m dapat menampung 40 ekor anak ayam buras berumur 2-3 bulan, atau 30 ekor ayam dewasa. Pagar keliling dapat disesuaikan menurut luas kandang atau luas tanah yang tersedia. Luas kandang 2 x 5 m, ukuran pagar keliling cukup 6 x 10m.
3. Kolong Kandang
Kolong kandang perlu dibuatkan lubang untuk menampung kotoran ayam agar kotoran ayam tidak tercecer. Manfaat kotoran adalah sebagai pupuk kandang.
4. Persyaratan Kandang
- tempat kering, sehat, bersih dan tidak mudah tergenang air
- jauh dari keramaian
- mempunyai ventilasi yang baik
- kokoh dan kuat
- cukup mendapat sinar matahari.
5. Peralatan Kandang
Tempat pakan dan air minum
Tempat pakan dan air minum diusahakan terbuat dari bahan yang tidak berkarat, seperti papan, belahan bambu, plastik atau belahan paralon.
Tempat pakan dibuat berbentuk V akan lebih efisien, karena makanan terkumpul di bagian bawah sehingga ternak sulit untuk mencakarnya.
Penempatan tempat air minum untuk sistem intensif hams di dalam kandang dan berada kira-kira 10 cm di atas permukaan lantai, sedangkan sistem semi intensif penempatan pakan atau air minum dapat diletakan di dalam atau di halaman kandang asalkan tidak terkena air hujan atau sinar matahari langsung.
PEMBERIAN PAKAN CAMPURAN PADA AYAM BURAS
A. SASARAN
Menciptakan formula pakan yang mengandung zat nutrisi dengan memanfaatkan bahan pakan yang murah dan mudah didapat.
B. KELUARAN
Formula pakan yang berprotein dan di senangi ayam.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan : Ayam, ransum, bahan pakan.
Alat : Kandang dan Perlengkapan kandang
1. Susunan Ransum Ayam Buras Periode Produksi
Ransum campuran yang terdiri dari 3 bagian ransum komersial, 6 bagian dedak halus dan 4 bagian jagung giling ditambah grit dan vitamin B-12 (sistem intensif).
Ransum campuran yang terdiri dari 1 bagian ransum komersial, 4 bagian dedak halus dan 3 bagian jagung giling ditambah grit dan hijauan.
Ransum dengan campuran 3 bagian ransum komersial, 4 bagian dedak halus dan 3 bagian jagung giling terutama sistem pemeliharaan dalam kandang sistem baterai.
Susunan ransum ayam buras betina dewasa
Ransum ayam buras betina dewasa untuk 100 kg adalah sebagai berikut : jagung giling 28,2 kg, dedak halus 58,5 kg, tepung ikan 6,3 kg, tepung kapur 6,5 kg, garam 0,2 kg dan premix A 0,3 kg. Kandungan zat nutrisi tersebut diatas adalah protein kasar 15%; dan energi metabolis 2.312kkal/kg.
2. Susunan Ransum Ayam Dara Umur 12-20 Minggu
Terdapat 4 jenis ransum ayam buras. Salah satunya diantaranya adalah sebagai berikut: jagung giling 41 kg, dedak halus 53 kg, tepung ikan 2 kg, bungkil kedelai 0,9 kg, tepung tulang 0,8 kg, tepung kapur 1,75 kg, premix A 0,25 kg, garam 0,2 kg dan lisin 0,1 kg.
Kandungan zat nutrisi ransum ayam dara adalah sebagai berikut : protein kasar 10-14% , energi metabolis 2.700 kkal/kg ransum, lemak 5-7%, serat kasar 9-10%, Kalsium (Ca) 1-1,2% dan fospor ( P) 0,28 -0,95%.
3. Ransum Anak Ayam Umur 1 Hari-12 Minggu
Jagung giling 36 kg; dedak halus 45 kg, bungkil kelapa 9 kg, bungkil kedelai 7 kg, tepung kapur 2,5 kg, premix A 0,2 kg, garam 0,2 kg dan lisin 0,03 kg. Kandungan zat nutrisi ransum anak ayam muda adalah : protein kasar 14-15%, energi metabolis 2.300-2.900 kkal/kg ransum, lemak 5-8 %, serat kasar 6,7%, kalsium (Ca) 1-2,5% dan fospor (P) 0,9-1,5%.
D. PEDOMAN TEKNIS
1. Cara Pencampuran
Pencampuran sebaiknya dilakukan secara bertahap. Apabila ayam yang dipelihara jumlahnya sedikit , maka pencampuran ransum sebaiknya dilakukan untuk kebutuhan 1 minggu atau cukup membuat campuran ransum untuk 10 kg. Tujuannya adalah untuk menghindari agar makanan tidak berjamur.
2. Cara Pemberian
Pemberian ransum untuk ayam dewasa dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Kebutuhan ransumnya berkisar 70-100 gram/ekor/hari. Bila perlu diberikan pakan tambahan berupa hijauan atau sayuran. Untuk anak ayam umur 1 hari sampai 12 minggu ransum dan air minum harus tersedia setiap saat dan tidak terbatas jumlahnya. Pemberian ransum pada anak ayam muda sebaiknya 3-4 kali sehari. Hindari pemberian ransum yang berlebihan agar ransum tidak terbuang dan berjamur.
3. Tempat Pakan
Tempat ayam sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak berkarat seperti bambu atau paralon yang dibelah, belahan bambu ini hanya masuk kepala ayam agar ransum tidak dicakar dan tumpah.
INSEMINASI BUATAN PADA AYAM BURAS
A. SASARAN
Meningkatkan produktivitas ayam buras melalui seleksi pejantan dan induk.
B. KELUARAN
Ayam buras yang memiliki kemampuan berproduksi tinggi.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan : Ayam buras jantan dan betina dewasa, kandang, bahan pengencer NaCl fisiologis (NaCl 0,0% infuse, dextrose 5% + NaCl 0,9% infuse), laming telur, air kelapa inuda, anti biotik (penisilm/strepmycin).
Alat : Suntikan (tanpa jarum), tabling penyedot, tabling gelas, termos kecil dll.
D. PEDOMAN TEKNIS
a. Penyiapan ayam pejantan
- Pilih ayam pejantan sehat berumur antara 12-30 bulan tidak cacat tubuh berasal dari keturunan induk yang berproduksi tinggi dan nafsu kawionya baik.
- Dikaridangkan teipisah pada kondisi yang nyaman
Sebelum pengambilan sperma, ayam pejantan sebaiknya dipuasakaii 4-6 jam sebelumnya.
b. Penyiapan ayam pejantan
- Ayam pejantan diapit diantara lengan dan badan, kemudian lakukan rangsangan dengan cara mengurut berulangkali pada bagian punggung, yaitu dari pangkal leher sampai bagian pangkal ekor.
- Dengan rangsangan tersebut ayam akan ereksi, ditandai dengan meregangnya bulu ekor ke atas dan mencuatnya alat kelamin (penis) ke permukaan kloaka.
- Pada saat yang bersamaan tekan bagian bawah ekor dan alat kelamin akan mengeluarkan sperma berwarna putih agak kental.
- Cairan sperma segera ditampung dengan alat suntik (tanpa jarum) yang diberi selang plastik kecil, atau dengan tabung penyedot.
- Penampungan sperma bisa dilakukan 2 kali setiap 15 menit.
c. Pengenceran sperma
- Setiap ekor pejantan dapat menghasilkan rata-rata 0,30 ml sperma (0,20-0,50 ml).
- Sperma bisa disuntikan langsung ke ayam betina (tanpa diencerkan) dengan dosis 0,02-0,03 ml menggunakan suntikan (sirynge).
- Pengencer sperma dapat digunakan cairan garam fisiologis infuse (NaCl 0,9% dalam aquades, atau ringers infuse, dextrose 5% + NaCl 0,9% infuse).
- Pengencer sperma dapat dibuat pula campuran fisiologis infuse + kuning telur dengan perbandingan 4:1.
- Selain itu pengencer dapat dibuat dari campuran air kelapa muda + kuning telur dengan perbandingan 4:1.
- Pengenceran sperma dilakukan dengan perbandingan 1 : 10 (1 bagian sperma : 10 bagian pengencer).
d. Pelaksanaan Inseminasi
- Ayam betina yang akan disuntik (di inseminasi) harus dalam keadaan sedang bertelur atau pada masa bertelur
- Penyuntikan (inseminasi) pada ayam ada 2 metode yaitu metode intra vaginal dan metode intra uterine.
- Metode intra vaginal artinya sperma disuntikkan ke dalam vagina (alat kelamin betina) dengan kedalaman ± 3 cm
- Metode intra uterine, artinya sperma disuntikkan ke bagian uterus dengan kedalaman 7-8 cm.
- Sperma yang sudah diencerkan dimasukkan ke dalam alat suntik (sirynge) kecil, dosis sperma yang disuntikkan 0,02-0,03 ml. (± 300 juta sperma).
- Usahakan agar ayam betina yang sudah disuntik tidak mengalami stres.
0 comments:
Post a Comment