Latihan menulis singkat dapat membantu para wanita di kelas fisika perguruan tinggi untuk meningkatkan performa akademik mereka serta mengurangi beberapa perbedaan antara mahasiswa dan mahasiswi, menurut penelitian baru.
Foto: Wikimedia
Latihan menulis terebut nampaknya secara khusus menguntungkan para mahasiswi yang cenderung percaya dengan stereotipe negatif bahwa para pria lebih baik dalam fisika, kata para peneliti.
Faktanya, kesadaran mengenai jurang pemisah gender ini dapat secara negatif mempengaruhi performa para wanita dalam ujian fisika mereka. Namun latihan menulis yang agak sederhana ini yang difokuskan pada mereafirmasi nilai inti individual, ternyata mempersempit jurang pemisah tersebut dan menyeimbangkan ruang gerak bagi para wanita yang mendapati diri mereka berada dalam demografis (gender) yang sering distereotipekan ini.
Menurut pandangan penelitian mereka, Akira Miyake dari Universitas Colorado di Boulder bersama para kolega di Colorado dan California mengimplikasikan bahwa latihan-latihan afirmasi nilai yang serupa kemungkinan dapat membantu menutup jurang pemisah gender lebih dekat lagi. Penelitian mereka dipublikasikan di jurnal Science edisi 26 November yang dipublikasikan oleh AAAS, organisasi nirlaba sains.
"Pengantar mata kuliah yang kami investigasi dalam penelitian ini diperuntukkan bagi mahasiswa/i yang berencana menggeluti bidang sains," tutur Miyake. "Jadi, para wanita dalam mata kuliah tersebut mungkin: menguasai dengan baik pelajaran-pelajaran sains SMA, tertarik dengan sains, dan sangat termotivasi untuk mengerjakan dengan baik. Faktanya bahwa pengurangan besar dalam jurang pemisah gender bagi para wanita yang sudah tidak lagi terpengaruh dengan stereotipe tersebut, memberitahukan anda bahwa beberapa proses psikologis mempengaruhi performa para wanita dalam ujian dan betapa kuatnya pengaruh tersebut."
Eksperimen baru ini menindaklanjuti penelitian sebelumnya oleh para peneliti yang sama tentang efek-efek jangka panjang positif dari latihan menulis serupa terhadap para pelajar Amerika ras Afrika kelas tujuh di sekolah negeri.
Dalam penelitian baru, Miyake dan para koleganya menguji 399 mahasiswa dan mahasiswi dalam kelas pengantar fisika. Selama minggu pertama dan keempat, para peneliti meminta kelompok mahasiswa/i yang dipilih secara acak untuk menuliskan nilai-nilai pribadi penting mereka, seperti teman-teman dan keluarga, selama 15 menit. Mahasiswa/i lainnya secara acak ditempatkan dalam sebuah kelompok kontrol dan diminta untuk menulis nilai-nilai pribadi mereka yang paling kurang penting serta menjelaskan mengapa mereka mungkin penting bagi orang lain.
Latihan afirmasi nilai ternyata menjadi intervesi yang memberi harapan yang nampaknya menyediakan dorongan yang bisa diukur bagi wanita (tapi tidak untuk pria) baik selama ujian pilihan ganda dalam kelas maupun ujian nasional mengenai penguasaan konseptual fisika, kata para peneliti.
Latihan menulis membantu mereduksi perbedaan antara performa akademik pria dan wanita dalam kelas fisika selama 15 minggu. Lebih banyak wanita memperoleh nilai B dalam kelompok afirmasi ketimbang yang ada dalam kelompok kontrol, dan lebih banyak wanita yang mendapatkan nilai C di kelompok kontrol ketimbang yang ada di kelompok afirmasi. Hasil dari survey yang diberikan kepada para mahasiswa/i mengindikasikan bahwa hasil peningkatan akademik paling jelas terlihat pada para wanita yang meyakini bahwa para pria umumnya lebih baik dalam fisika. Pada kelompok kontrol, nilai ujian para wanita cenderung menurun ketika tingkat pengakuan terhadap stereotipe tersebut meningkat. Namun, hubungan negatif antara pengakuan stereotipe dan nilai ujian ini tidak ditemukan pada kelompok afirmasi. Miyake mengatakan: "Hasil ini memberitahukan kita bahwa menulis karangan afirmasi diri meningkatkan performa ujian para wanita dengan cara mengurangi keresahan mereka yang berhubungan dengan sudut pandang negatif stereotipe tentang para wanita dalam sains."
"Bayangkan mendapatkan nilai B dalam kelas tersebut bukannya C," tutur Miyake. "Perbedaan tersebut secara psikologis besar bagi para wanita yang ingin menggeluti bidang sains, sekalipun karir dalam sains. Hal tersebut memberikan anda dorongan percaya diri sangat besar dan mungkin memotivasi anda untuk mengambil lebih banyak mata kuliah sains."
"Walaupun penemuan kami memberi harapan, saya ingin mengingatkan bahwa nilai-nilai intervensi afirmasi bukanlah sebuah peluru perak yang secara ajaib membuat jurang pemisah gender lenyap sama sekali," simpul Miyake. "Situasinya lebih rumit dari itu, dan ada banyak faktor yang mempengaruhi jurang pemisah gender pada beberapa disiplin ilmu. Namun, nilai-nilai intervensi afirmasi ini memberi harapan terlebih lagi jika digabungkan dengan sejenis reformasi pendidikan yang diketahui meningkatkan proses belajar semua mahasiswa/i. Asalkan kami menciptakan kesempatan-kesempatan kaya belajar bagi semua mahasiswa/i, intervensi-intervensi psikologis seperti ini bisa membantu menjadikan berbagai mata kuliah sains yang menantang dan mungkin menakutkan ini lebih kurang menakutkan dan lebih bisa diakses oleh sebagian besar populasi mahasiswa/i, sesuatu yang belum pernah terjadi juga dipersiapkan atau didukung dalam lingukangan-lingkungan ini."
http://www.aaas.org/
Foto: Wikimedia
Latihan menulis terebut nampaknya secara khusus menguntungkan para mahasiswi yang cenderung percaya dengan stereotipe negatif bahwa para pria lebih baik dalam fisika, kata para peneliti.
Faktanya, kesadaran mengenai jurang pemisah gender ini dapat secara negatif mempengaruhi performa para wanita dalam ujian fisika mereka. Namun latihan menulis yang agak sederhana ini yang difokuskan pada mereafirmasi nilai inti individual, ternyata mempersempit jurang pemisah tersebut dan menyeimbangkan ruang gerak bagi para wanita yang mendapati diri mereka berada dalam demografis (gender) yang sering distereotipekan ini.
Menurut pandangan penelitian mereka, Akira Miyake dari Universitas Colorado di Boulder bersama para kolega di Colorado dan California mengimplikasikan bahwa latihan-latihan afirmasi nilai yang serupa kemungkinan dapat membantu menutup jurang pemisah gender lebih dekat lagi. Penelitian mereka dipublikasikan di jurnal Science edisi 26 November yang dipublikasikan oleh AAAS, organisasi nirlaba sains.
"Pengantar mata kuliah yang kami investigasi dalam penelitian ini diperuntukkan bagi mahasiswa/i yang berencana menggeluti bidang sains," tutur Miyake. "Jadi, para wanita dalam mata kuliah tersebut mungkin: menguasai dengan baik pelajaran-pelajaran sains SMA, tertarik dengan sains, dan sangat termotivasi untuk mengerjakan dengan baik. Faktanya bahwa pengurangan besar dalam jurang pemisah gender bagi para wanita yang sudah tidak lagi terpengaruh dengan stereotipe tersebut, memberitahukan anda bahwa beberapa proses psikologis mempengaruhi performa para wanita dalam ujian dan betapa kuatnya pengaruh tersebut."
Eksperimen baru ini menindaklanjuti penelitian sebelumnya oleh para peneliti yang sama tentang efek-efek jangka panjang positif dari latihan menulis serupa terhadap para pelajar Amerika ras Afrika kelas tujuh di sekolah negeri.
Dalam penelitian baru, Miyake dan para koleganya menguji 399 mahasiswa dan mahasiswi dalam kelas pengantar fisika. Selama minggu pertama dan keempat, para peneliti meminta kelompok mahasiswa/i yang dipilih secara acak untuk menuliskan nilai-nilai pribadi penting mereka, seperti teman-teman dan keluarga, selama 15 menit. Mahasiswa/i lainnya secara acak ditempatkan dalam sebuah kelompok kontrol dan diminta untuk menulis nilai-nilai pribadi mereka yang paling kurang penting serta menjelaskan mengapa mereka mungkin penting bagi orang lain.
Latihan afirmasi nilai ternyata menjadi intervesi yang memberi harapan yang nampaknya menyediakan dorongan yang bisa diukur bagi wanita (tapi tidak untuk pria) baik selama ujian pilihan ganda dalam kelas maupun ujian nasional mengenai penguasaan konseptual fisika, kata para peneliti.
Latihan menulis membantu mereduksi perbedaan antara performa akademik pria dan wanita dalam kelas fisika selama 15 minggu. Lebih banyak wanita memperoleh nilai B dalam kelompok afirmasi ketimbang yang ada dalam kelompok kontrol, dan lebih banyak wanita yang mendapatkan nilai C di kelompok kontrol ketimbang yang ada di kelompok afirmasi. Hasil dari survey yang diberikan kepada para mahasiswa/i mengindikasikan bahwa hasil peningkatan akademik paling jelas terlihat pada para wanita yang meyakini bahwa para pria umumnya lebih baik dalam fisika. Pada kelompok kontrol, nilai ujian para wanita cenderung menurun ketika tingkat pengakuan terhadap stereotipe tersebut meningkat. Namun, hubungan negatif antara pengakuan stereotipe dan nilai ujian ini tidak ditemukan pada kelompok afirmasi. Miyake mengatakan: "Hasil ini memberitahukan kita bahwa menulis karangan afirmasi diri meningkatkan performa ujian para wanita dengan cara mengurangi keresahan mereka yang berhubungan dengan sudut pandang negatif stereotipe tentang para wanita dalam sains."
"Bayangkan mendapatkan nilai B dalam kelas tersebut bukannya C," tutur Miyake. "Perbedaan tersebut secara psikologis besar bagi para wanita yang ingin menggeluti bidang sains, sekalipun karir dalam sains. Hal tersebut memberikan anda dorongan percaya diri sangat besar dan mungkin memotivasi anda untuk mengambil lebih banyak mata kuliah sains."
"Walaupun penemuan kami memberi harapan, saya ingin mengingatkan bahwa nilai-nilai intervensi afirmasi bukanlah sebuah peluru perak yang secara ajaib membuat jurang pemisah gender lenyap sama sekali," simpul Miyake. "Situasinya lebih rumit dari itu, dan ada banyak faktor yang mempengaruhi jurang pemisah gender pada beberapa disiplin ilmu. Namun, nilai-nilai intervensi afirmasi ini memberi harapan terlebih lagi jika digabungkan dengan sejenis reformasi pendidikan yang diketahui meningkatkan proses belajar semua mahasiswa/i. Asalkan kami menciptakan kesempatan-kesempatan kaya belajar bagi semua mahasiswa/i, intervensi-intervensi psikologis seperti ini bisa membantu menjadikan berbagai mata kuliah sains yang menantang dan mungkin menakutkan ini lebih kurang menakutkan dan lebih bisa diakses oleh sebagian besar populasi mahasiswa/i, sesuatu yang belum pernah terjadi juga dipersiapkan atau didukung dalam lingukangan-lingkungan ini."
http://www.aaas.org/
========================================
Terima kasih untuk berkenan membaca isi blog ini, semoga dapat memberikan manfaat yang berarti bagi perkembangan dunia pendidikan kita. Atas segala kekurangannya saya menyampaikan permohonan maaf dan berkenan kiranya untuk meninggalkan komentar atas isi artikel ini. Salam Hormat untuk semuanya
0 comments:
Post a Comment