Para arkeolog baru-baru ini menyediakan bukti bahwa deposit garam Duzdagi yang berlokasi di Lembah Araxes di Azerbaijan sudah mulai dieksploitasi semenjak abad ke-5 SM.
Oleh sebab itu lokasi tersebut merupakan tambang garam tertua yang pernah diketahui hingga saat ini dan sudah dibuktikan. Lebih lagi, para peneliti dikejutkan oleh produksi garam intensif yang dilakukan di tambang ini setidaknya pada tahun 3500 SM.
Studi ini yang pelaksanaannya berkolaborasi dengan Azerbaijan National Academy of Sciences akan membantu menguraikan bagaimana peradaban-peradaban kompleks pertama yang muncul antara 4500 SM dan 3500 SM di Kaukasus terorganisir. Demikian seperti yang dilansir oleh ScienceDaily (27/11/10).
Nilai simbolis serta ekonomis garam pada zaman kuno dan pertengahan sudah sangat dikenal. Penemuan-penemuan terakhir menunjukkan bahwa garam mungkin memainkan peran penting dalam masyarakat protosejarah atau masyarakat yang ada sebelum kemunculan tulisan. Bagaimana garam diambil? Dua teknik yang biasa digunakan didasarkan pada ekstrasi bongkahan garam atau deposit sedimen yang mengandung konsentrasi tinggi garam yang dapat dimakan, dan kumpulan garam yang dikeringkan oleh matahari di rawa-rawa garam. Pengetahuan teknik-teknik ini yang digunakan dahulu kala untuk mengeksploitasi material mentah seperti garam, obsidian, atau tembaga, memungkinkan para arkeolog untuk mendeduksi informasi penting mengenai kebutuhan dan tingkat kompleksitas masyarakat-masyarakat kuno. Di daerah Kaukasus, telusuran pertama eksploitasi intensif bongkahan garam muncul ketika masyarakat protosejarah mengalami perubahan besar ekonomi dan teknologi, khususnya yang menyangkut pengembangan metalurgi tembaga untuk pertama kalinya.
Untuk memahami interaksi-interaksi ini, peneliti CNRS Catherine Marro beserta timnya mengeksplorasi lembah Araxes (Turki, Iran, Azerbaijan) selama sepuluh tahun terakhir. Para arkeolog terlebih khusus memfokaskan pada tambang garam Duzdagi yang berlokasi di Azerbaijan, lebih khusus lagi di sebelah Jalur Sutra zaman pertengahan yang menghubungkan Tabriz (di barat laut Iran) dengan Konstantinopel. Hingga saat ini, penelusuran-penelusuran eksploitasi deposit ini, yang masih beroperasi, diketahui mulai dari abad ke-2 SM. Penanggalan ini didasarkan pada penemuan tak terduga di tahun 1970an dari sebuah runtuhan serambi kuno yang berisikan sisa jasad empat pekerja yang terkubur bersama peralatan mereka.
Pada tahun 2008, satu tim Azerbaijan-Perancis yang dipimpin oleh Marro dan koleganya Veli Baxsaliyev memulai eksplorasi sistematis tambang Duzdagi. Tim tersebut kemudian membuat inventaris sejumlah besar peninggalan-peninggalan (peralatan, keramik, dll.), yang tertua berasal dari tahun 4500 SM. Ini merupakan yang pertama kalinya artifak-artifak tersebut dari periode ini ditemukan dalam jumlah besar di sebuah tambang garam. Oleh karena itu para peneliti bisa menunjukkan bahwa eksploitasi tambang garam ini sudah berlangsung sangat lama, setidaknya dimulai pada abad kelima SM. Dengan demikian Duzdagi merupakan tambang garam tertua yang diketahui hingga saat ini.
Satu lagi fakta yang mengagumkan ialah bahwa banyaknya artifak-artifak berasal dari awal Zaman Perunggu mengindikasikan bahwa tambang Duzdgi secara intensif dieksploitasi sejak abad ke-4 SM. Ratusan beliung dan palu nyatanya ditemukan di dekat pintu-pintu masuk terowongan-terowongan yang runtuh. Banyaknya pecahan-pecahan keramik tanah liat yang ditemukan dekat lokasi tersebut yang secara spesifik merupakan bagian kebudayaan yang dikenal sebagai "Kuro-Araxes", memungkinkan para peneliti untuk mencari tahu usia artifak-artifak arkeologi ini. Distribusi spasial serta kronologisnya dianalisa dengan sistem informasi geografis yang menggabungkan foto-foto satelit, foto-foto udara yang diambil dengan layang-layang serta pemetaan artifak-artifak dengan DGPS, alat sejenis GPS (Global Positioning System). Ekstraksi intensif seperti itu mengindikasikan bahwa garam dari Duzdagi tidak terbatas pada pemakaian lokal oleh komunitas-komunitas kecil yang swadaya. Tak diragukan lagi pendistribusiannya dilakukan dalam kerangka ekonomi yang masih belum bisa diketahui, ke tujuan-tujuan yang lebih jauh. Lebih lagi, nampaknya garam yang diekstraksi tersebut tak hanya dapat diakses oleh komunitas-komunitas di Lembah Araxes. Eksploitasinya sejak abad ke-5 SM sepertinya merupakan hak istimewa kelompok-kelompok terkemuka tertentu.
Penemuan ini menimbulkan banyak pertanyaan. Siapa dan untuk apa garam itu diperuntukkan pada abad ke-5 dan ke-4 SM? Bagaimana komunitas yang mengeksploitasi deposit-deposit ini diorganisir? Apa hubungan ekonomi dan politik antara tempat-tempat regional (perkampungan, tempat-tempat kerja dan tambang-tambang), dan lain sebagainya? Untuk mencari sebagian jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, para arkeolog berharap dalam waktu dekat ini bisa menggali terowongan-terowongan yang runtuh tersebut yang meliputi lebih dari 6 km2.
Penemuan ini dipublikasikan di jurnal TUBA-AR tanggal 1 Desember 2010.
Oleh sebab itu lokasi tersebut merupakan tambang garam tertua yang pernah diketahui hingga saat ini dan sudah dibuktikan. Lebih lagi, para peneliti dikejutkan oleh produksi garam intensif yang dilakukan di tambang ini setidaknya pada tahun 3500 SM.
Studi ini yang pelaksanaannya berkolaborasi dengan Azerbaijan National Academy of Sciences akan membantu menguraikan bagaimana peradaban-peradaban kompleks pertama yang muncul antara 4500 SM dan 3500 SM di Kaukasus terorganisir. Demikian seperti yang dilansir oleh ScienceDaily (27/11/10).
Nilai simbolis serta ekonomis garam pada zaman kuno dan pertengahan sudah sangat dikenal. Penemuan-penemuan terakhir menunjukkan bahwa garam mungkin memainkan peran penting dalam masyarakat protosejarah atau masyarakat yang ada sebelum kemunculan tulisan. Bagaimana garam diambil? Dua teknik yang biasa digunakan didasarkan pada ekstrasi bongkahan garam atau deposit sedimen yang mengandung konsentrasi tinggi garam yang dapat dimakan, dan kumpulan garam yang dikeringkan oleh matahari di rawa-rawa garam. Pengetahuan teknik-teknik ini yang digunakan dahulu kala untuk mengeksploitasi material mentah seperti garam, obsidian, atau tembaga, memungkinkan para arkeolog untuk mendeduksi informasi penting mengenai kebutuhan dan tingkat kompleksitas masyarakat-masyarakat kuno. Di daerah Kaukasus, telusuran pertama eksploitasi intensif bongkahan garam muncul ketika masyarakat protosejarah mengalami perubahan besar ekonomi dan teknologi, khususnya yang menyangkut pengembangan metalurgi tembaga untuk pertama kalinya.
Untuk memahami interaksi-interaksi ini, peneliti CNRS Catherine Marro beserta timnya mengeksplorasi lembah Araxes (Turki, Iran, Azerbaijan) selama sepuluh tahun terakhir. Para arkeolog terlebih khusus memfokaskan pada tambang garam Duzdagi yang berlokasi di Azerbaijan, lebih khusus lagi di sebelah Jalur Sutra zaman pertengahan yang menghubungkan Tabriz (di barat laut Iran) dengan Konstantinopel. Hingga saat ini, penelusuran-penelusuran eksploitasi deposit ini, yang masih beroperasi, diketahui mulai dari abad ke-2 SM. Penanggalan ini didasarkan pada penemuan tak terduga di tahun 1970an dari sebuah runtuhan serambi kuno yang berisikan sisa jasad empat pekerja yang terkubur bersama peralatan mereka.
Pada tahun 2008, satu tim Azerbaijan-Perancis yang dipimpin oleh Marro dan koleganya Veli Baxsaliyev memulai eksplorasi sistematis tambang Duzdagi. Tim tersebut kemudian membuat inventaris sejumlah besar peninggalan-peninggalan (peralatan, keramik, dll.), yang tertua berasal dari tahun 4500 SM. Ini merupakan yang pertama kalinya artifak-artifak tersebut dari periode ini ditemukan dalam jumlah besar di sebuah tambang garam. Oleh karena itu para peneliti bisa menunjukkan bahwa eksploitasi tambang garam ini sudah berlangsung sangat lama, setidaknya dimulai pada abad kelima SM. Dengan demikian Duzdagi merupakan tambang garam tertua yang diketahui hingga saat ini.
Satu lagi fakta yang mengagumkan ialah bahwa banyaknya artifak-artifak berasal dari awal Zaman Perunggu mengindikasikan bahwa tambang Duzdgi secara intensif dieksploitasi sejak abad ke-4 SM. Ratusan beliung dan palu nyatanya ditemukan di dekat pintu-pintu masuk terowongan-terowongan yang runtuh. Banyaknya pecahan-pecahan keramik tanah liat yang ditemukan dekat lokasi tersebut yang secara spesifik merupakan bagian kebudayaan yang dikenal sebagai "Kuro-Araxes", memungkinkan para peneliti untuk mencari tahu usia artifak-artifak arkeologi ini. Distribusi spasial serta kronologisnya dianalisa dengan sistem informasi geografis yang menggabungkan foto-foto satelit, foto-foto udara yang diambil dengan layang-layang serta pemetaan artifak-artifak dengan DGPS, alat sejenis GPS (Global Positioning System). Ekstraksi intensif seperti itu mengindikasikan bahwa garam dari Duzdagi tidak terbatas pada pemakaian lokal oleh komunitas-komunitas kecil yang swadaya. Tak diragukan lagi pendistribusiannya dilakukan dalam kerangka ekonomi yang masih belum bisa diketahui, ke tujuan-tujuan yang lebih jauh. Lebih lagi, nampaknya garam yang diekstraksi tersebut tak hanya dapat diakses oleh komunitas-komunitas di Lembah Araxes. Eksploitasinya sejak abad ke-5 SM sepertinya merupakan hak istimewa kelompok-kelompok terkemuka tertentu.
Penemuan ini menimbulkan banyak pertanyaan. Siapa dan untuk apa garam itu diperuntukkan pada abad ke-5 dan ke-4 SM? Bagaimana komunitas yang mengeksploitasi deposit-deposit ini diorganisir? Apa hubungan ekonomi dan politik antara tempat-tempat regional (perkampungan, tempat-tempat kerja dan tambang-tambang), dan lain sebagainya? Untuk mencari sebagian jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, para arkeolog berharap dalam waktu dekat ini bisa menggali terowongan-terowongan yang runtuh tersebut yang meliputi lebih dari 6 km2.
Penemuan ini dipublikasikan di jurnal TUBA-AR tanggal 1 Desember 2010.
Terima kasih untuk berkenan membaca isi blog ini, semoga dapat memberikan manfaat yang berarti bagi perkembangan dunia pendidikan kita. Atas segala kekurangannya saya menyampaikan permohonan maaf dan berkenan kiranya untuk meninggalkan komentar atas isi artikel ini. Salam Hormat untuk semuanya
0 comments:
Post a Comment