Yusuf Blog News :
Home » » Ciri-Ciri Orang Yang 'Gila Kerja'

Ciri-Ciri Orang Yang 'Gila Kerja'

Written By INSPIRASI on Wednesday, July 13, 2011 | 5:13 PM



Foto: Dok. NOVA
Anda-Anda yang terbiasa bekerja keras, apalagi merasa menjadi seorang profesional yang bertanggung jawab penuh pada tugas, jangan terburu-buru mengatakan, “What’s wrong dengan bekerja keras?”. Karena ada perbedaan nyata antara seorang profesional dengan seorang workaholik.
Perbadaan utama itu terletak pada keseimbangan. Seorang profesional, mampu memberikan porsi waktu dan pikirannya pada aspek-aspek kehidupan selain pada pekerjaannya. Sementara si workaholik, karier dan pekerjaannya tidak dapat ia pisahkan dari aktivitas lain yang ia lakukan dalam hidupnya. Lebih jauh, ia kurang mampu melihat, pekrejaan sesungguhnya hanyalah satu aspel saja dalam hidupnya. Sehingga apa yang ia kerjakan akan menentukan, siapa dirinya. Biasanya, salah satu ciri-ciri ini akan tampak menonjol pada seorang workaholik. Sedang ciri lainnya sebagai berikut:
1. Seorang workaholik punya obsesi untuk s elalu menyibukkan dirinya. 
Artinya, ia terpaku pada keinginan untuk selalu sibuk. Orang ini sebenarnyaa berada dalam kecemasan tinggi dan selalu dikejar oleh perasaan ada hal penting uang harus segera dikerjakan. Kalu toh, secara nyata tak ada yang jarus ia kerjakan, dengan segera, ia akan mencari-cari kesibukan lain yang bisa “memelihara” kecemasannya tadi !
Biasanya mereka punya beberapa tanggung jawab sekaligus dan menikmati sekali kalau lingkungan mengatakan, “Wah, bagaimana ya membagi waktunya?” Kenyataaan ini akan menjadi makinparah, kalau ia juga memiliki kecenderungan perfeksionis yang besar, karena selain sibuk, ia juga ingin kesempurnaan dalam segala detail pekerjaan yang ia tangani.
Salah satu hal yang paling menonjol pada dirinya, adalah ia selalu merasa, waktu luang adalah sama dengan “buang-uang waktu saja”. Karena ia cenderung mempertahankan tempo kerja tinggi, orang lain di lingkungannya akan dengan mudah dilihatnya seperti kura-kura saja. Akibatnya, muncullah sifat tidak sabar pada lingkungannya.
Sebagai ayah, ia adalah ayah yang pemarah karena anaknya setiap pagi lamban menyiapkan diri ke sekolah. Marah pada istri yang berdandannya lama (padahal nebeng mobil suami) dan berang pada penjaga pompa bensin yang lamban mengisi tangki bensinnya. Marah, tergesa-gesa, dan tidak mau membuang waktu tanpa melakukan apa-apa! Begitulah ciri pertama si workaholik.
2. Seorang workaholik punya kebutuhan untuk mengontrol semua hal. 
Ia lebih suka mengerjakan segala sesuatu seorang diri, sebenarnya. Lazimnya karena ia memang bekerja lebih keras dari para pekerja lainnya. Ia akan dengan segera menduduki posisi manajerial. Di sini akan segera terlihat, sukar sekali baginya mendelegasikan tugas pada orang lain. Ia merasa akan lebih efisien kalau pekerjaan dilakukan seorang diri. Maka, bila diminta bekerja dalam tim, biasanya, ia akan kurang mampu menyesuaikan diri dengan kelompoknya.
3. Hanya puas dengan kesempurnaan 
Bila Anda harus bekerja sama dengannya, jangan berharap ia mudah puas akan hasil pekerjaan Anda! Kritik mereka biasanya “merembet” ke hal-hal kecil dalam pekerjaan ataupun diri Anda. Sebagai pasangan hidup kritiknya pun cenderung pada hal-hal kecil yang untuk orang kebanyakan sebenarnya sepele saja, tetapi untuknya lalu terlihat penting sekali.
Karena ia sendiri menetapkan standar yang tinggi untuk keberhasilan tugasnya, dapat diduga kalau ia tak mudah puas dengan apa yang telah dicapai oleh teman sekerja ataupun bawahannya. Makanya ia selalu menuntut orang untuk menampilkan kinerja sebenarnya kriterianya tidak realistik.
4. Seorang workaholik biasanya sukar menjalin hubungan yang mendalam dengan orang lain. 
Walaupun tahu bagaimana cara mempertahankan minta dan daya juang untuk mencapai cita-cita pekerjaannya, biasanya ia sudak tak punya “daya” untuk mempertahankan kelangsungan kehangatan dan kedalaman hubungan dengan istri, teman dekat, dan orang-orang terdekat di lingkungannya.
Lebih mendasar lagi, yang ada dalam benak seorang workaholik adalah kepercayaan di dasar hatinya, ia memang tak bisa bersandar, atau mengharap pada siapa pun di dunia ini, kecuali pada dirinya sendiri! Pada awalnya, kita bisa saja melihatnya sebagai individu yang agak-agak “misterius” atau penyendiri. Tetapi setelah kita bergaul cukup mendalam, segera terasa sesungguhnya ia memang dingin dan sukar menjalin komitmen (keterikatan) yang didasari oleh perasaan kesetaraan (perasaan ia memiliki “derajat” yang sama dengan orang lain karena ia memang merasa “lebih dari orang lain”).
Kondisinya berdampak paling serius terhadap ikatan erkawinan (atau pacaran) karena biasanya ia memandang CINTA sebagai sesuatu yang tidak ada granisnya (bahwa kalau tidak ada garansi tertentu. Ia akan juga mendapat sejumlah itu dari pasangannya). Karena itulah, secara tidak sadar, ia selalu membentengi dirinya agar tidak terlalu dalam terlibat dalam mencintai oranglain.
Padangan hidupnya biasanya kan merasakan gejala ini sebagai perasaan dengannya karena ia sebenarnya “takut” kehilangan kontrol atas dirinya kalau ia terlibat terlalu dalam dengan pasangan hidupnya.
Dok. NOVA


Terima kasih untuk berkenan membaca isi blog ini, semoga dapat memberikan manfaat yang berarti bagi perkembangan dunia pendidikan kita. Atas segala kekurangannya saya menyampaikan permohonan maaf dan berkenan kiranya untuk meninggalkan komentar atas isi artikel ini. Salam Hormat untuk semuanya
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INSPIRASI - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger