Bismillahirrahmanirrahim.
Siapapun yang mengkaji Islam dengan menggunakan kecerdasanya dan kejernihan
hatinya akan menyimpulkan bahwa Islam merupakan agama professional. Rahasianya
adalah ajaran Islam tidak hanya sekedar rutinitas ritual melainkan juga sebagai
ideologi, dimana seluruh aspek kehidupan merupakan sebuah sistem utuh yang
telah diciptakan oleh Dzat Maha Sempurna yakni Allah Swt. Dan, dalam
realitasnya juga bisa dimengerti bahwa sistem Islam tersebut sesuai dengan
fitrah manusia, dapat memuaskan akal dan menenangkan hati.
Demikian halnya, terhadap persoalan perilaku (behavior), yang secara
khusus menyangkut produktivitas hidup dan kerja, Islam demikian memberikan
panduan dan bimbingan yang luar biasa. Hanya orang yang tidak mempelajari Islam
atau orang yang tidak menyukai duluan dengan Islam mereka sudah antipati
denganya. Seakan Islam merupakan agama nenek moyang yang tidak memiliki sistem
sebagaimana gambaran orang-orang yang buta dengan Islam. Padahal jika
dipelajari maka dalam konteks ini, Islam demikian mengatur terhadap persoalan
kerja, kinerja dan sebagainya.
Pertama tama, Islam mengajarkan bahwa kerja merupakan bagian dari aktivitas
ibadah. Bekerja tidak hanya sekedar untuk mendapatkan penghasilan rizki namun
juga bernilai plus yakni sejak dari starting berupa niat dan proses, maka argo
sudah berjalan dalam bentuk pahala. Dalam hal ini teringat firman Allah Swt
dalam Al Qur’an surat Adz Dzariat, 51 ayat 56 yang artinya : “Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Dari ayat tersebut saja sudah bisa difahami bahwa jika suatu pekerjaan disebut
merupakan bagian dari ibadah maka barang siapa melakukanya maka akan
mendapatkan pahala.
Tentu saja dari sekecil apapun suatu pekerjaan jika diniatkan untuk beribadah
mencari karunia dari Allah Swt maka mereka akan mendapatkan pahala.
Subhanallah! Allahu Akbar! Dengan demikian, Islam memberikan motivasi yang luar
biasa bagi ummatnya untuk berprestasi. Islam, dengan banyak hadits memberikan
pujian dan penghargaan yang sangat besar bagi kaum muslim yang menjadi pekerja
keras. Bahkan dikatakan oleh Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh imam Baihaqi
bahwa : “Tidakkah seorang diantara kamu makan suatu makanan lebih baik
daripada memakan dari keringatnya sendiri”. Dari hadits ini saja dapat difahami
bahwa ajaran Islam sudah wanti-wanti agar ummatnya sungguh-sungguh bekerja
secara aktif dan tidak menggantungkan orang lain. Bahkan menyambung dengan
konsepsi Islam lainya bahwa Rasulullah Saw bersabda “al yadul ‘ulya
khairun minal yadissufla--tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”.
Artinya kinerja seorang muslim adalah aktif bukan pasif.
Dengan kabar gembira Islam tersebut seharusnya kaum muslimin terus memecut atau
mencambuk dirinya dengan karya-karya prestasi yang tiada henti. Dimana dengan
semakin banyak suatu karya yang bermakna ibadah maka akan semakin banyak
pahalanya. Dalam kaidah ushul fiqih dikatakan “man kana aktsaru fi’lan
kana aktsaru fadzlan—barang siapa yang semakin banyak melakukan perbuatan
kebaikan maka akan semakin banyak mendapatkan pahala”. Dengan demikian,
sejatinya Islam senantiasa mendorong kaum muslimin untuk aktif, kreatif dan
produktif serta beretos kerja optimal. Bukankah Rasulullah Saw membenci
orang-orang yang bermental pemalas dengan doanya : “Allahumma inni
a’udzubika minal kasali wal ‘ajzi…--Ya Allah sesungguhnya aku minta
perlindungan kepada-Mu dari sifat orang-orang yang malas dan lemah…”. Bahkan
dalam suatu riwayat, Khalifah Umar Bin Khathab pernah mengusir sekumpulan
pemuda yang hanya duduk di masjid agar mereka segera keluar menyebar mencari
karunia Allah Swt.
Disamping kewajiban bekerja akan mendapatkan pahala, juga Allah Swt menjanjikan
akan mengampuni dosa-dosanya kaum muslimin. Dalam hal ini terdapat hadits yang
diriwayatkan oleh imam Ahmad sebagai berikut : “Barangsiapa yang pada
malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tanganya pada
siang hari maka pada malam itu ia diampuni”. Demikian halnya terdapat hadits
berikutnya yang diriayatkan oleh imam Abu Nu’aim bahwa Rasulullah Saw pernah
bersabda : “ Sesungguhnya diantara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bisa
terhapus (ditebus) oleh (pahala) shaum dan sholat. “Ditanyakan pada Beliau,
Apakah yang dapat menghapuskanya, ya Rasulullah?” Jawab Rasul Saw: “Kesusahan
(bekerja) dalam mencari nafkah kehidupan”.
Hadits yang hampir sama diriwayatkan oleh Imam Thabrani bahwa Rasulullah Saw
pernah bersabda : “Sesungguhnya diantara perbuatan dosa ada dosa yang
tidak bisa terhapus (ditebus) oleh (pahala) shalat, sedekah (zakat), ataupun
haji, namun hanya dapat ditebus dengan kesusahan dalam mencari nafkah
kehidupan”.
Jadi betapa luar biasanya Islam memberikan semangat (motivasi) bahwa
jika seorang musim berniat menjalankan kewajiban bekerja, maka disamping Insya
Allah akan mendapatkan rizki, juga mendapatkan pahala serta dimaafkan
dosa-dosanya yang tidak bisa terhapus oleh amalan sholat, shaum, shodaqah, dan
haji.
Dari sinilah kita bisa memahami, justru bekerja dengan etos kerja yang tinggi,
bagi seorang muslim seharusnya perkara yang senang dan menyenangkan. Bukan
perkara berat dan memberatkan yang membuat manusia stress dan depresi. Hal
ini sangat menarik jika diperbandingkan dengan ajaran di luar Islam (baca: termasuk
kapitalisme, liberalisme, dan sosialisme) yang justru menjadikan kerja sebagai
sumber stress, depresi, bunuh diri, atau bahkan menjadi penyebab
gonjang-ganjingnya dunia. Coba kita lihat contoh etos kerja negara Timur
Jauh yakni Korea Selatan dan Jepang. Korea Selatan (dengan 70%
pegunungan), sejak merdeka tahun 1957 dan berpisah dengan Korea Utara, akhirnya
kini menjadi Negara berpredikat ekonomi Macan Asia. Namun tidak bisa dipungkiri
bahwa di sana memiliki tingkat stress dan depresi sangat tinggi sebanding lurus
dengan tuntutan pekerjaanya. Disana, mati karena kecapekan dan tendang
menendang fisik antar karyawan bukan hal aneh namun sudah menjadi kultur.
Demikian halnya di Jepang, negara mungil nan kaya—dengan ideologi duit, namun
angka depresi dan bunuh diri demikian tinggi hinga mencapai 30.000 orang untuk
setiap tahunya.
Konsepsi etos kerja Islam tentu berbeda dengan lainya. Jika etos kerja
masyarakat di luar Islam hanyalah mengejar materi semata, namun etos kerja
dalam Islam merupakan sebuah produktivitas yang berbasis ibadah. Dengan
demikian etos kerja Islam jika diterapkan akan mampu merubah dunia dalam arti
yang demikian hakiki. Namun demikian, etos kerja dalam Islam hanya dapat
dicapai secara optimal jika digerakkan oleh sistem Islam itu sendiri yakni
dalam bentuk Negara yakni Daulah Khilafah Islamiyah. Hal ini bisa dibuktikan
bahwa selama 12 abad lebih Islam dalam bingkai sistem Islam terbukti terjadi
kemajuan di seluruh bidang kehidupan baik dalam hal ilmu pengetahuan, teknologi
maupun kesejahteraan dan peradaban sosial. Namun kini, ketika masyarakat Islam
tidak hidup dalam entitas sistem Islam maka yang terjadi adalah rendahnya etos
kerja kaum muslimin hingga pada titik nadir! Hal ini disebabkan etos kerja
Islam tidak bisa hidup sempurna dalam komunitas sistem selain Islam. Bagaikan
ikan laut hanya hidup di laut, dan akan mati jika dipaksa hidup di darat!
Allah Swt. sangat menyenangi kaum muslimin yang bekerja keras, bahkan
Rasulullah Saw. mendoakan semoga ada keberkahan untuknya. Dalam hal ini
terdapat hadits yang diriwayatkan oleh imam Ad Dailami bahwa Rasulullah Saw
bersabda : “Sesungguhnya, Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya bersusah
payah dalam mencari rizki yang halal”. Dalam hadits lainya yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: “Ya Allah!
Berikanlah keberkahan kepada ummatku pada usaha yang dilakukanya pada pagi
hari”. Luar biasa bukan! Bahkan, terdapat kisah dimana Rasulullah Saw pernah
mencium tangan sahabatnya yang bernama Sa’ad bin Mu’adz yang berprofesi sebagai
tukang kusen, tatkala melihat tanganya menebal penuh kapalan disebabkan kerja
kerasnya. Sambil mencium tanganya Muadz, Beliau Rasulullah Saw bersabda : “(ini
adalah) dua tangan yang dicintai Allah Ta’ala”.
Saudaraku! Berdasarkan uraian tersebut di atas maka terfahamkanlah kita bahwa
Islam betul-betul mengajarkan agar ummatnya senantiasa bermental baja dan
beretos kerja optimal dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Islam adalah ummat
pekerja keras dan bukan bangsa yang pemalas. Kalalulah saat ini kaum muslimin
menjadi bulan-bulanan dan permainan dunia sehingga banyak kaum muslimin yang
dicap sebagai pemalas dsb maka sebenarnya persoalanya adalah saat ini Islam
tidak diterapkan dalam bingkai sistemnya—melainkan dalam genggaman kapitalisme,
liberalism dan sosialisme. Oleh karenanya, disamping kita harus berjuang demi
kembalinya kemuliaan Islam dan kaum muslimin (‘izzul Islam wal muslimin),
kita musti harus menjadi seorang muslim yang SMART – WORKERS menuju jalan Ridlo Allah Swt. Amin. Allahu Akbar!
Wassalam. BAITUROKHIM.
1 comments:
Grand Rapids Casino Hotel - Mapyro
Find Grand 광명 출장안마 Rapids 대전광역 출장샵 Casino Hotel (Grand 계룡 출장안마 Rapids, 의정부 출장안마 MI) location, revenue, industry 용인 출장안마 and
Post a Comment