Perhatian Pemerintah Daerah terhadap dunia pendidikan dapat dilihat, salah satunya, dari pembinaan kepada peserta Olimpiade Sains Nasional. Masing-masing Pemda, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi, memiliki kebijakan berbeda dalam upaya menyokong delegasinya berjuang di pentas nasional.
Pemda Sulawesi Tenggara menyediakan pusat pelatihan khusus bagi kontingen OSN-nya. Untuk delegasi tingkat Sekolah Dasar, enam peserta yang merupakan pemenang tingkat provinsi dibina selama tiga minggu. Mereka adalah juara 1, 2, dan 3 bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika.
“Kami mengacu pada kisi-kisi materi olimpiade yang sudah pernah diberikan. Kami bekali mereka baik kisi materi konsep maupun pembekalan dari eksperimen IPA. Kemudian dari matematika ada teori, konsep, ditambah dengan eksplorasi. Seperti halnya materi standar di OSN,” kata La Maronta Galib, Pendamping SD bidang IPA dari Sulawesi Tenggara.
Selain membina pemahaman konsep, kedisiplinan, dan mental bertanding, pembinaan juga dilakukan di luar ruangan, yaitu dengan model rekreasi. Misalnya peserta diajak untuk ke pusat perbelanjaan atau pantai. Di tempat tersebut mereka diajarkan tentang suatu konsep.
Pembinanya didatangkan dari Universitas Haluleo. Ada enam dosen yang bertugas melakukan pembinaan. “Ada yang spesialis membina teori dan eksplorasi di bidang Matematika. Di bidang IPA, ada spesialis yang membina fisika, biologi, dan eksperimen-eksperimen,” ujar La Maronta Galib.
Hal serupa dilakukan Pemda Provinsi DKI Jakarta. Selama sepuluh hari kontingen delegasi DKI Jakarta ditempa di sebuah hotel di Jakarta. Beberapa dosen dari perguruan tinggi menjadi pembinanya. Bagi materi yang membutuhkan eksplorasi lapangan, peserta diajak untuk survey lapangan. “Persiapan dari Provinsi sendiri sudah cukup bagus,” ucap Pudyastuti, pendamping dari sekolah tingkat SMA bidang Kebumian Provinsi DKI Jakarta.
Materi yang diberikan sesuai silabus. Kadang observasi dilakukan ke Institur Teknologi Bandung dan Planetarium. Selaku guru pendamping, Pudyastuti juga membekali siswanya dengan materi-materi yang didapatnya dari internet dan buku-buku karangan pakar geologi.
Berbeda halnya dengan Provinsi Jawa Timur. Menurut Dwi Wijayanti, pendamping dari sekolah tingkat SMA bidang Kebumian Provinsi Jawa Timur, Pemda provinsi tidak melakukan pembinaan. “Semua persiapan diserahkan pada sekolah masing-masing,” ujarnya. “Selama ini anak kami tidak ada yang membina dari luar, dosen atau apa. Jadi belajar sendiri.”
Saat pemberangkatan, siswa dan pendamping dikumpulkan dalam satu hotel, diberi pengarahan, kemudian diberangkatkan keesokan harinya. “Bahkan sesama kontingen tidak saling mengenal,” tutur Dwi Wijayanti. Kedatangannya ke Jakarta selaku pendamping siswa juga atas biaya dari sekolah. “Surat tugas dari dinas kabupaten atau provinsi tidak ada,” ungkapnya.
Kendati demikian, Dwi Wijayanti tidak patah arang. Ia tetap memberi perhatian penuh pada anak didiknya. Ia memberikan materi-materi yang berkaitan tentang Kebumian kepada siswanya kendati sulit didapat. Mudah-mudahan, harapnya, dalam olimpiade berikutnya, diberikan materi-materi yang berkaitan dengan Kebumian sehingga siswa tidak kesulitan mencari referensi.
Kepedulian Pemda terhadap kontingen OSN-nya tercermin dari perolehan medali yang didapatnya. Makin peduli, makin banyak medali yang diraih. Namun, yang terpenting, kepeduliannya terhadap dunia pendidikan dapat langsung dinilai oleh masyarakat. (dikdas.kemdiknas.go.id)
Pemda Sulawesi Tenggara menyediakan pusat pelatihan khusus bagi kontingen OSN-nya. Untuk delegasi tingkat Sekolah Dasar, enam peserta yang merupakan pemenang tingkat provinsi dibina selama tiga minggu. Mereka adalah juara 1, 2, dan 3 bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika.
“Kami mengacu pada kisi-kisi materi olimpiade yang sudah pernah diberikan. Kami bekali mereka baik kisi materi konsep maupun pembekalan dari eksperimen IPA. Kemudian dari matematika ada teori, konsep, ditambah dengan eksplorasi. Seperti halnya materi standar di OSN,” kata La Maronta Galib, Pendamping SD bidang IPA dari Sulawesi Tenggara.
Selain membina pemahaman konsep, kedisiplinan, dan mental bertanding, pembinaan juga dilakukan di luar ruangan, yaitu dengan model rekreasi. Misalnya peserta diajak untuk ke pusat perbelanjaan atau pantai. Di tempat tersebut mereka diajarkan tentang suatu konsep.
Pembinanya didatangkan dari Universitas Haluleo. Ada enam dosen yang bertugas melakukan pembinaan. “Ada yang spesialis membina teori dan eksplorasi di bidang Matematika. Di bidang IPA, ada spesialis yang membina fisika, biologi, dan eksperimen-eksperimen,” ujar La Maronta Galib.
Hal serupa dilakukan Pemda Provinsi DKI Jakarta. Selama sepuluh hari kontingen delegasi DKI Jakarta ditempa di sebuah hotel di Jakarta. Beberapa dosen dari perguruan tinggi menjadi pembinanya. Bagi materi yang membutuhkan eksplorasi lapangan, peserta diajak untuk survey lapangan. “Persiapan dari Provinsi sendiri sudah cukup bagus,” ucap Pudyastuti, pendamping dari sekolah tingkat SMA bidang Kebumian Provinsi DKI Jakarta.
Materi yang diberikan sesuai silabus. Kadang observasi dilakukan ke Institur Teknologi Bandung dan Planetarium. Selaku guru pendamping, Pudyastuti juga membekali siswanya dengan materi-materi yang didapatnya dari internet dan buku-buku karangan pakar geologi.
Berbeda halnya dengan Provinsi Jawa Timur. Menurut Dwi Wijayanti, pendamping dari sekolah tingkat SMA bidang Kebumian Provinsi Jawa Timur, Pemda provinsi tidak melakukan pembinaan. “Semua persiapan diserahkan pada sekolah masing-masing,” ujarnya. “Selama ini anak kami tidak ada yang membina dari luar, dosen atau apa. Jadi belajar sendiri.”
Saat pemberangkatan, siswa dan pendamping dikumpulkan dalam satu hotel, diberi pengarahan, kemudian diberangkatkan keesokan harinya. “Bahkan sesama kontingen tidak saling mengenal,” tutur Dwi Wijayanti. Kedatangannya ke Jakarta selaku pendamping siswa juga atas biaya dari sekolah. “Surat tugas dari dinas kabupaten atau provinsi tidak ada,” ungkapnya.
Kendati demikian, Dwi Wijayanti tidak patah arang. Ia tetap memberi perhatian penuh pada anak didiknya. Ia memberikan materi-materi yang berkaitan tentang Kebumian kepada siswanya kendati sulit didapat. Mudah-mudahan, harapnya, dalam olimpiade berikutnya, diberikan materi-materi yang berkaitan dengan Kebumian sehingga siswa tidak kesulitan mencari referensi.
Kepedulian Pemda terhadap kontingen OSN-nya tercermin dari perolehan medali yang didapatnya. Makin peduli, makin banyak medali yang diraih. Namun, yang terpenting, kepeduliannya terhadap dunia pendidikan dapat langsung dinilai oleh masyarakat. (dikdas.kemdiknas.go.id)
0 comments:
Post a Comment