Memasak dengan menggunakan kayu bakar biasanya dikaitkan dengan gangguan pernapasan. Kini 2 studi baru menemukan hubungan asap kayu bakar dengan pneumonia dan juga penurunan IQ.
Dua studi baru yang dilakukan oleh University of California, Berkeley menuturkan populasi perempuan dan anak-anak yang berada dalam kemiskinan sangat rentan mengalami efek kesehatan dari paparan asap kayu bakar dan tungku yang kotor.
Pada studi pertama peneliti menemukan adanya penurunan sepertiga kasus pneumonia berat pada anak-anak jika rumah tersebut memiliki cerobong asap untuk mengurangi paparan asap dari kayu bakar.
Sedangkan studi kedua menemukan hubungan yang mengejutkan antara paparan asap kayu pada ibu yang mengandung dengan performa yang buruk akibat adanya penurunan nilai IQ pada anak usia sekolah dasar.
"Studi ini sangat penting bahwa ada bukti yang kuat untuk mengurangi paparan asap kayu dalam rumah tangga serta dibutuhkan intervensi yang kuat di masyarakat seperti dalam hal vaksinasi dan suplemen gizi," ujar Kirk Smith dari UC Berkeley's School of Public Health, seperti dikutip dari ScienceDaily, Rabu (16/11/2011).
Peneliti menemukan penggunaan cerobong asap untuk membantu mengeluarkan asap dari rumah atau memasak di luar rumah bisa membantu mengurangi risiko kesehatan secara signifikan terutama kasus pneumonia berat.
"Jumlah asap yang diterima bayi dari kayu bakar ini sebanding dengan orang yang merokok 3-5 batang setiap harinya, tapi dengan cerobong asap bisa mengurangi setengah paparan asap," ujar Smith.
Sedangkan pada studi kedua merupakan pertama kalinya menemukan hubungan paparan asap kayu dengan tingkat karbon monoksida yang diukur secara individual selama trimester ketiga dan hasilnya menunjukkan tes perkembangan saraf yang lebih rendah ketika anak-anak berusia 6-7 tahun.
"Saya kaget karena asap kayu selalu dianggap sebagai risiko untuk kesehatan pernapasan, tapi ternyata turut mempengaruhi IQ. Temuan ini sangat mengkhawatirkan karena dampak dari perkembangan saraf bisa mempengaruhi masa depan dan tingkat pendidikan," ujar ketua studi Linda Dix Cooper.
Pembakaran kayu ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan tapi juga memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim serta adanya peningkatan tekanan pada sumber daya alam lokal.
Dua studi baru yang dilakukan oleh University of California, Berkeley menuturkan populasi perempuan dan anak-anak yang berada dalam kemiskinan sangat rentan mengalami efek kesehatan dari paparan asap kayu bakar dan tungku yang kotor.
Pada studi pertama peneliti menemukan adanya penurunan sepertiga kasus pneumonia berat pada anak-anak jika rumah tersebut memiliki cerobong asap untuk mengurangi paparan asap dari kayu bakar.
Sedangkan studi kedua menemukan hubungan yang mengejutkan antara paparan asap kayu pada ibu yang mengandung dengan performa yang buruk akibat adanya penurunan nilai IQ pada anak usia sekolah dasar.
"Studi ini sangat penting bahwa ada bukti yang kuat untuk mengurangi paparan asap kayu dalam rumah tangga serta dibutuhkan intervensi yang kuat di masyarakat seperti dalam hal vaksinasi dan suplemen gizi," ujar Kirk Smith dari UC Berkeley's School of Public Health, seperti dikutip dari ScienceDaily, Rabu (16/11/2011).
Peneliti menemukan penggunaan cerobong asap untuk membantu mengeluarkan asap dari rumah atau memasak di luar rumah bisa membantu mengurangi risiko kesehatan secara signifikan terutama kasus pneumonia berat.
"Jumlah asap yang diterima bayi dari kayu bakar ini sebanding dengan orang yang merokok 3-5 batang setiap harinya, tapi dengan cerobong asap bisa mengurangi setengah paparan asap," ujar Smith.
Sedangkan pada studi kedua merupakan pertama kalinya menemukan hubungan paparan asap kayu dengan tingkat karbon monoksida yang diukur secara individual selama trimester ketiga dan hasilnya menunjukkan tes perkembangan saraf yang lebih rendah ketika anak-anak berusia 6-7 tahun.
"Saya kaget karena asap kayu selalu dianggap sebagai risiko untuk kesehatan pernapasan, tapi ternyata turut mempengaruhi IQ. Temuan ini sangat mengkhawatirkan karena dampak dari perkembangan saraf bisa mempengaruhi masa depan dan tingkat pendidikan," ujar ketua studi Linda Dix Cooper.
Pembakaran kayu ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan tapi juga memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim serta adanya peningkatan tekanan pada sumber daya alam lokal.
Sumber : detikhealth.com
0 comments:
Post a Comment